Kaligrafi Peninggalan Islam

KABARPANDEGLANG.COM – Kaligrafi yakni seni menulis indah. Seni kaligrafi berkembang pada zaman kebudayaan madya. Kaligrafi berwujud tulisan indah yang merupakan komposisi karakter-aksara Arab yang biasanya merupakan rangkaian ayat-ayat suci dalam Al-quran.

Rangkaian tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu gambar atau goresan yang indah. Kaligrafi biasanya dipahatkan pada dinding masjid, kerikil nisan, gapura, keraton, seperti pada di Keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon.

Bacaan Lainnya

Kaligrafi biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, watu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia yakni watu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya.

Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa. Beberapa peninggalan berupa kaligrafi lainnya antara lain sebagai berikut.

1. Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon.

Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon bebentuk lukisan pada kaca. Sebelum lukisan kaca dikenal di Cirebon, masyarakat Cirebon memakai media kayu, kulit, maupun kain. Ketika kaca mulai digunakan, tema yang banyak muncul yaitu tema-tema wayang dengan kaligrafi Islam dengan impian mampu memberikan nilai-nilai Islami kepada masyarakat melalui simbol-simbol pewayangan.

Lukisan beling sendiri mengandung banyak sekali filosofis-filosofis yang menyangkut religi dankepercayaan, fungsi sebagai azimat pun masih dipercaya di beberapa kalangan masyarakat Cirebon.

Sebagai pola ialah lukisan kaca dengan obyek Ganesha, dipercaya sebagai penolak bala dan biasanya dipasang di bagian depan rumah. Gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada.

2. Kaligrafi pada Makam Sunan Malik Al Saleh.

Malik al-Salih merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di nusantara, adalah Samudera Pasai pada tahun 1267. Nama aslinya yakni Meurah Silu. Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada abad ke-13 M. Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah nusantara sampai ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Pada era pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mempunyai kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk membuatkan agama Islam ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya yakni Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.

Kaligrafi yang ditemui pada makam-makam Aceh Darussalam era ke-14 hingga masa ke-18 dituliskan dalam 5 jenis kaligrafi; Naskhi, Tsuluts, Thuluts, Kufi, Figural. dan Samar. Perkembangan kaligrafi di Nusantara, khususnya di Aceh telah menerima dampak yang besar dari luar. Banyaknya ditemukan kaligrafi Tsulust pada makam-makam didiga kuat dipengaruhi oleh kalegrafi Islam dari Turki, India, dan Persia

3. Kaligrafi pada makam Maulanan Malik Ibrahim.

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali mengembangkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota Gresik, Jawa Timur. Ada sejumlah versi perihal asal permintaan Syeikh Maghribi, sebutan lain bagi Sunan Gresik itu. Ada yang menyampaikan beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat (India). Sumber lain menyebutkan beliau lahir di Campa (Kamboja).

Maulana Malik Ibrahim diminta ayahnya, Barebat Zainul Alam, biar merantau, berdakwah ke negeri selatan. Maka, bersama 40 anggota rombongan yang menyertainya, Malik mengarungi samudera berhari-hari. Mereka kemudian berlabuh di Sedayu, Gresik. Rombongan Malik lalu menetap di Desa Leran, Ketika itu, Gresik berada di bawah Kerajaan Majapahit.

Tiba di Gresik Syeikh Malik lalu juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Pertama-tama yang dilakukannya yaitu mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan doktrin hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memberikan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.

Dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan usaha menegakkan pemikiran-anutan Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Setelah akhir membangun dan menata pondokan tempat berguru agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya sekarang terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya ialah sebagai berikut:

“Ini yakni makam almarhum seorang yang dapat dibutuhkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang populer dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan supaya menempatkannya di nirwana. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah”.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!

Pos terkait